Perspektif SONIA
RESTIA RIZHA
Sebelum
waktu keberangkatan ke lokasi KKN, terlebih dahulu anggota tim ditentukan oleh
BP KKN Univesitas Andalas. Semua mahasiswa Unand sibuk melihat daftar nama
anggota kelompok KKN sekaligus lokasi KKN mereka, tak terkecuali “resti”.
Setelah mengetahui nama teman-teman kelompok KKN, rasa penasaran mulai muncul
dan tanda Tanya bergelayutan di otak, seperti apakah teman-teman ku nanti
Tuhan? Bagaimanakah mereka akan menjadi temanku, sementara kami belum pernah
kenal sebelumnya, bagaimana ini Tuhan? Akankah aku mampu beradaptasi dan
melewati masa kurang lebih 40 hari itu Tuhan? Belum terjawab pertanyaan
pertama, pertanyaan demi pertanyaan terus meluncur di benakku, bagaimana
kondisi daerah KKN ku Tuhan? Sungai Jambu itu seperti apa? Dimana? Bagaimana
keadaan warga dan geografis wilayahnya Tuhan? Akankah kami semua diterima dan
dilayani dengan baik oleh warganya Tuhan? Akankah kami mampu beradaptasi dengan
baik disana Tuhan? Akankah semua program yang telah dirancang dapat berjalan
sesuai dengan rencana Tuhan?
Pertanyaan
demi pertanyaan terjawab, untuk melihat dan mengenal secara bertahap
teman-teman KKN, BP KKN telah sangat membantu dengan mengadakan coaching sebelum keberangkatan, ternyata
pertemuan pertama dengan teman-teman KKN sangat mempengaruhi penilaianku
terhadap mereka. Namun, setelah banyak bicara dan bergaul persepsi pertama
terhadap mereka lambat laun berganti, karena pada awalnya pasti semua anggota
melalui masa pencitraan (hanya memperlihatkan sikap yang baik, atau jaga image)
dan setelah masa pencitraan selesai, terungkaplah semua kebaikan, kegilaan,
keluguan, bahkan hal lain yang tak perlu disebutkan. Untuk sementara otak ku
berhenti bertanya bagaimana teman-teman ku, dan pertanyaan lain pun terjawab,
kami berangkat ke lokasi KKN untuk survey lapangan, agar kami mengetahui
bagaimana Sungai Jambu dan warganya.
Jumat,
11 mei 2012. Tim KKN dibawah DPL ibu Meri Neherta berangkat menuju lokasi KKN,
kami terdiri dari dua tim, yang pertama Kelompok Pariangan, dan yang kedua
kelompok Sungai jambu. sepertinya hanya harus menceritakan tentang sungai Jambu
saja. ;). Perjalanan survey diawali dengan kunjungan ke Kantor Camat Pariangan,
di Simabur, dari Bapak Camat Pariangan kami memperoleh gambaran tentang sungai
jambu seperti ini “Sungai Jambu itu dingin, tempatnya bagus, daerah paling aman
dari gangguan termasuk gangguan signal Hp, karena Sungai Jambu adalah
satu-satunya nagari yang tidak ada tower di Keacamatan Pariagan, bahkan kalian
bisa ke bulan tanpa harus sewa apolo”, dari kalimat itu langsung tergambar di
otak bahwa Sungai Jambu berada di ketinggian, dingin, tanpa signal dan sepi. Aduuhhhhh
Tuhannn, bagaimana ini? Boleh gak, gak usah aja KKN nya? Bayangan demi bayangan
Sungai Jambu kemudian terbayar saat kami melanjutkan survey ke daerah ini,
hamparan sawah dan Gunung Merapi menyambut kedatangan kami, sejauh ini belum
ada rumah penduduk yang terlihat, dan hati semakin bertanya, Tuhan, Sungai
Jambu itu yang mana? Dimana tempatnya? Kenapa sejauh ini perjalanan belum
ketemu juga? Hati semakin tidak karuan, kemudian kami melihat tulisan “pnpm
Sungai Jambu”, tulisan ini menunjukkan bahwa kami telah berada di wilayah
Sungai Jambu, disambut dengan rumah kosong di awal penyambutan Sungai Jambu,
kemudian pemakaman, dan puskesmas pembantu, belum terlihat kehidupan lain, dan
setelah tikungan kemudian rumah penduduk menampakkan wajahnya.

Gambar 1 :
Penyambutan pertama di Sungai Jambu
Hati lumayan
tenang melihat pemukiman warga, Terimakasih Tuhan ;). Kemudian satu bangunan
yang paling mencolok di Nagari ini ikut menyambut rombongan, Masjid Jamik,
berdiri dengan gagah seolah menyapa kami “Selamat Datang Mahasiswa KKN Unand”,
melihat rumah Allah yang begitu megah berdiri diantara bangunan lainnya hati
merasakan nikmat tak terhingga, dan lidah berucap “Tuhan, rumah-Mu nyaman
sekali”

Gambar 2 : Masjid
jamik yang menyejukkan.
Perjalanan
tak berhenti sampai disitu saja, kemudian kami disambut dan diterima di Kantor
Wali Nagari Sungai Jambu, dan aneh sekali kenapa ada kantor warna PINK? Kami
diterima oleh Bapak Harmen Dt. Majo Nan Pingai, bapak Sekretaris Nagari sekaligus
Wali Nagari Sungai Jambu karena belum ada Wali Nagari entah apa alasannya, juga
tidak tau, kemudian perwakilan pemuda Da Hen, dan bapak Camat Pariangan, Bapak
Aslamuddin.

Gambar 3 :
Penyambutan pertama pejabat nagari Sungai Jambu.
Dan
perjalan akhirnya dilanjutkan untuk melihat dan terjun langsung ke
jorong-jorong. Karena keterbatasan waktu, rombongan kami hanya mengunjungi
jorong Bulan sariak Jambak Ulu, Jorong Batur dan Jorong Sungai Jambu, sedangkan
Jorong Labuatan baru kami kunjungi setelah berada di lokasi KKN (masa penemaptan
4 juni-17 Juli 2012). Jorong pertama yang ditempuh tentu saja Jorong Sungai
Jambu, dan kemudian kami melanjutkan perjalan ke Bulan, benar saja, Gunung
Merapi terlihat sangat dekat dan air pun begitu dingin membekukan, dan
pemandangan indah pun membuat kami bergumam “Tuhan Ternyata Sungai Jambu itu
indah” ;), kemudian perjalanan dilanjutkan ke Jorong Batur, disini kami juga
disambut baik oleh Bapak Jorong Batur, dan tentu saja perjalanan kami di
“Guide” oleh Bapak Sekretaris Nagari. Waktu juga akhirnya mengingatkan kami
bahwa kami harus kembali ke Padang, sebelumnya, tim Sungai Jambu menyempatkan
diri untuk berfoto bersama di bawah hamparan pelangi, langit yang agak gelap, dan
sawah yang hijau kekuningan, dan belakangan kami kenal ini adalah lokasi sawah
Kelompok Tani Tanah Pandu.

Gambar 4 : Berfoto
dengan bingkai pelangi. Fotografer : Alhamidi Ikhwan. ;P
Untuk
sementara gambaran singkat mengenai Sungai Jambu yang dipengaruhi perspektif
awal mengobati penasaran dan mengurangi jumlah tanda Tanya yang bermain di
otak. Dan pikiran akan damai sebelum proposal rencana kegiatan mendekati waktu
deadline dan keberangkatan.
Hati dan
perasaan semakin galau ketika waktu bergerak dan mengantarkan kami di 4 Juni
2012, waktu dimana kami harus pergi menuju lokasi KKN, jauh dari orangtua
sebenarnya bukan masalah lagi bagi yang kos di Padang, masalahnya adalah kita
akan bergaul dengan orang-orang yang sebelumnya tidak pernah dekat, dan kita
harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru agar kita bisa diterima
sepenuhnya oleh masyarakat sungai Jambu, “itu bukan tuntuan teman, itu
kewajiban dan kebutuhan kita sebagai pendatang baru yang akan menetap di daerah
ini”. Kami pun berangkat ke Sungai Jambu dengan bus pariwisata dan sopir yang
tidak jelas marah karena apa, menyalahkan ini itu, dan menuntut yang bukan
haknya, dan itu benar-benar menyebalkan. Rute yang bolak-balik membuat sopirnya
marah dan meledak-ledak, kalau diizikan, mungkin nendang sopirnya dari bus dan
cari sopir baru. Perjalanan pertama adalah Kantor Bupati Tanah Datar, kemudian
makan, balik ke Pariangan dan terakhir Di Sungai Jambu.
Di
Sungai Jambu kami langsung terbagi dalam
kelompok tidak terlihat, “anak atas” dan “anak bawah” karena semua langsung
mendekat dan mengelompok seolah-olah kami tau, bahwa orang-orang ini yang akan
mengerti kita apa adanya, *Preeettttt,, ntah ya ntah ndag, check it out!
Bersambung….